Persib 3-1 PSMS: Menyerang dari Tengah

Untuk pertama kalinya sepanjang musim ini Persib memulai pertandingan dengan skema 4-4-2. Selain untuk pertama kalinya memasang Aliyuddin dan Airlangga sebagai starter untuk mengisi posisi duet striker, untuk pertama kalinya juga Mamic menempatkan Radovic di posisi flank (kiri).

Dua perubahan itu cukup drastis mengubah cara bermain Persib Bandung. Jika dalam laga-laga sebelumnya, dengan formasi 4-2-3-1, Persib cenderung bermain dengan memaksimalkan serangan dari kedua sisi lapangan, pada laga ini Persib menyerang dengan keseimbangan yang merata: pergerakan kedua flank (Radovic-Ilham) kali ini diimbangi dengan dengan serbuan dari lini kedua, baik melalui Aliyuddin atau Airlangga yang bergantian menjemput bola maupun melalui Hariono yang bergerak dari lini kedua.

Lihat chalkboard aliran bola Persib ke pertahanan Persib pada babak pertama di bawah ini yang menggambarkan serangan Persib relatif merata antara serangan dari flank maupun dari inside midfield:

 

chalkboard babak _1_persib_psms
chalkboard aliran bola kedua kesebelasan ke area pertahanan lawan. garis putih menandakan bola jatuh ke kaki lawan.

Tidaklah mengherankan jika statistik aliran bola ke kotak penalti PSMS dari lini kedua cukup menonjol , sesuatu yang jarang terjadi di laga-laga sebelumnya saat Persib bermain dengan 1 striker dan Radovic ditempatkan sebagai central attacking midfielder (CAM). Saat Persib bermain dengan 1 striker dan Radovic sebagai CAM, amat jarang Persib memasuki kotak penalti lawan melalui through pass yang langsung menusuk pertahanan lawan. Pada laga melawan PSMS, serangan dari inside midfield melalui through pass terlihat sangat efektif. Dua dari tiga gol Persib bahkan diawali through pass yang langsung membelah area center back lawan.

Menurut catatan mengbal.com, sepanjang musim 2011/2012 baru kali ini Persib bisa mencetak gol dari skema bermain seperti ini. Gol-gol Persib sebelumnya selalu bermula dari sisi lapangan, jika tidak dimulai dari situasi set piece.

Situasi ini tercipta bukan karena digesernya Radovic ke flank dan menempatkan Hariono sebagai box to box midfielder, melainkan lebih karena skema dua striker ala Mamic yang membaginya ke dalam peran satu sebagai target-man dan satunya lagi sebagai 2nd striker. Dengan seorang 2nd striker dan seorang box to box midfielder, Persib bermain dengan alur dari bawah ke depan secara lebih kontinyu. Laju bola benar-benar bisa mengalir dari bawah ke atas, dari defender ke DM (Toni), lantas ke box to box midfielder (Hariono), lantas ke 2nd striker (Airlangga) dan diakhiri dengan through pass pada target-man (Aliyuddin).

Dengan skema 4-2-3-1 yang berkali-kali dipakai Mamic pada 6 laga sebelumnya (termasuk lawan Semen Padang), ada renggang antara DM yang ditempati sejajar oleh Hariono dan Gaspar/Toni dengan Radovic sebagai CAM. Posisi CAM yang biasanya ditempati Radovic kali ini ditempati Airlangga tapi dalam status sebagai 2nd striker. Nah, jarak antara Airlangga dengan DM kali ini tidak serenggang seperti jarak antara CAM dan DM dalam 4-2-3-1 karena antara area DM dan 2nd striker dihubungkan Hariono yang bermain sebagai box to box midfielder, bukan sebagai DM.

Aliyuddin Target Man, Airlangga 2nd Striker

Skema baku yang digunakan Mamic memang 4-4-2. Akan tetapi, dalam permainan di lapangan, Persib cenderung menyerang dengan skema 4-1-3-1-1 atau  4-1-4-1. Lihat ilustrasi di bawah ini:

soccer_field
Skema penyerangan Persib: Aliyuddin sebagai target man cenderung bergerak dari sisi kiri ke tengah, Airlangga menopang sebagai 2nd striker dengan Hariono melapis dari lini kedua

Kendati memasang dua striker, Persib sejatinya hanya memasang seorang target-man yang bergantian diperankan Aliyuddin atau Airlangga. Salah satu dari mereka kerap turun ke dalam untuk memancing salah seorang center-back PSMS untuk ikut naik. Posisi Airlangga sering sejajar dengan Radovic di kiri dan Ilham di kanan. Saat menyerang, Hariono dengan cepat naik ke atas dan seringkali berada tepat di belakang kedua striker.

Saat sendirian di depan, Airlangga dan terutama Aliyuddin juga tidak berada tepat di tengah antara center-back, tapi lebih sering condong ke sisi kiri dan menempatkan diri di antara center-back  (Novi Hendrawan) dan full-back kiri (Rahmad). Saat Airlangga menguasai bola dari area defensive midfield (DM) lawan, Aliyuddin akan bergerak menusuk ke tengah, menyusup di antara full-back kiri dan center-back.

Skema ini setidaknya terlihat dengan jelas nan ciamik pada proses gol Aliyuddin. Setelah berhasil merebut bola dari penguasaan lawan, Airlangga dengan cepat membelah area DM PSMS dan langsung mengirimkan thorugh pass kepada Ali yang bergerak di antara full-back kiri (dalam lingkaran kuning) dan center-back (dalam lingkaran merah). Lihat gambar di bawah ini:

Proses gol aliyuddin

Skema ini sekali lagi terlihat dalam peluang emas yang didapat oleh Aliyuddin pada menit 63 yang membuat Ali bisa berhadapan langsung dengan Markus, sayang upaya Ali untuk menghindarkan bola dari sergapan Markus terlalu deras. Airlangga yang berhasil menguasai bola dari garis tengah dengan cepat membawa bola beberapa meter ke depan dan lantas mengirimkan through pass kepada Aiyuddin yang lagi-lagi menyelinap di antara full-back kiri (dalam lingkaran merah) dan center-back (dalam lingkaran kuning).

Lihat gambar di bawah ini untuk memahami proses peluang Aliyuddin:

peluang aliyuddin

Kombinasi Aliyuddin sebagai target-man yang lebih cenderung berada di sisi antara full-back kiri dan center-back dan Airlangga sebagai 2nd striker yang cenderung bermain lebih ke dalam adalah skema Mamic yang terlihat efisien dan cenderung efektif untuk membongkar pertahanan PSMS yang bermain dengan formasi 4 bek sejajar.

Hariono sebagai Box to Box Midfielder

Pada laga melawan PSAP, untuk pertama kalinya Hariono di musim ini bermain sebagai attacking-midfielder (AM). Hanya saja, Hariono tidak bermain sebagai central attacking midfielder (CAM) melainkan berbagi peran dengan Radovic dalam menopang Moses Sakyi (atau Airlangga-Aliyuddin saat Moses ditarik ke luar). Ketika itu, Hariono bermain sebagai box to box midfielder, yang turun ke bawah saat diserang dan naik ke atas (cenderung bergerak dari sisi kanan) saat menyerang.

Pada laga melawan PSMS, dominasi Hariono sebagai box to box midfielder bahkan jauh lebih menonjol menyusul keputusan mengejutkan Mamic menempatkan Radovic sebagai flank kiri. Dengan Radovic digeser ke flank, area bergerak Hariono menjadi jauh lebih luas dan tidak bisa tidak menjadi lebih dominan. Hariono terlibat dalam duel satu lawan satu, merebut bola, melakukan tackle, mendampingi Toni dalam melindungi back-line saat diserang, juga aktif membantu penyerangan. Beberapa kali Hariono sudah berada tepat di belakang duet striker saat bola memasuki kotak penalti PSMS. Beberapa kali pula Hariono mengirimkan through-pass kepada Ilham di flank kanan.

Lihat chalkboard yang menggambarkan coverage area antara Hariono, Radovic dan Toni Sucipto pada babak pertama di bawah ini:

coverage area babak 1: hariono, miljan, toni
chalkboard yang menggambarkan coverage area Hariono, Miljan dan Toni.

Chalkboard di atas menggambarkan posisi Hariono, Radovic dan Toni saat “aktif dalam permainan” (berduel/berusaha merebut bola, menerima bola, dan melakukan passing). Terlihat bagaimana area Hariono (titik hitam) menjangkau kotak penalti Persib dan PSMS sekaligus. Kecenderungan area gerak Hariono saat lawan PSAP kembali terlihat saat ia banyak membantu penyerangan cenderung dari  sisi kanan lapangan. Sementara dari sisi kiri, penyerangan didominasi oleh Radovic yang memang ditempatkan Mamic sebagai flank kiri. Sementara Toni lebih banyak menjaga kedalaman untuk melindungi back-line.

Lihat gambar di bawah ini yang menggambarkan proses gol ketiga yang dicetak oleh Moses Sakyi:

proses gol moses sakyi

Peran Hariono sebagai box to box midfielder (berduel memperebutkan bola, bergerak naik ke atas dan diakhiri dengan through pass) inilah yang menjadi kunci gol Moses Sakyi. Setelah memenangkan duel berebut bola clearance dari Abanda dengan Zulkarnaen, Hariono lantas membelah pertahanan lawan dengan melewati tackle Ledi Utomo. Sambil berlari, Hariono mengirim through pass kepada Moses Sakyi yang bergerak menyelinap di antara duet center-back PSMS yaitu Sasa Zecevic (dalam lingkaran kuning) dan Nova Hendrawan (dalam lingkaran merah).

Gol ini sekali lagi menjelaskan keberhasilan skema Mamic dalam membongkar pertahanan PSMS dengan serangan yang mengandalkan aliran bola dari inside-midfield. Sebagaimana gol pertama yang dicetak oleh Aliyuddin, gol ini juga berawal dari through pass yang dikirim Hariono dari inside midfield. Bedanya, jika Aliyuddin mencetak gol dengan memulai pergerakannya dari posisi di antara full-back kiri dan center-back, kali ini Moses memulai proses mencetak golnya dari pergerakan di antara kedua center-back PSMS.

Perbedaan kecil dalam pergerakan Aliyuddin dan Moses sebelum mencetak gol ini diakibatkan skema permainan Mamic yang juga berubah. Gol Aliyuddin terjadi saat Persib bermain dengan skema 4-1-3-1-1 dengan seorang target man (Aliyuddin) dan 2nd striker (Airlangga) menopang di belakangnya, gol Moses terjadi saat Persib bermain dengan pola 4-3-3 dengan Moses menjadi target-man serta Ilham dan Atep bermain sebagai di kedua flank.

Lihat gambar di bawah ini yang menggambarkan posisi Moses di depan (lingkaran hitam) diapit dua flank yaitu Ilham (lingkaran merah) dan Atep (lingkaran kuning) dengan Hariono menopang dari 2nd line (lingkaran biru):

skema 4-3-3 Persib pada 15 menit terakhir

1 DM dan Lubang di Sisi Pertahanan

Sebagai konsekuensi memasang hanya dua central-midfielder yaitu Toni dan Hariono, dengan Hariono diberi keleluasaan untuk maju ke depan sebagai box to box midfielder, Persib hanya meninggalkan seorang Toni Sucipto untuk melindungi back-line. Harus diakui, menempatkan hanya seorang DM membuat back-line Persib tidak senyaman saat Persib bermain 4-2-3-1 yang menempatkan dua DM dalam posisi sejajar persis di depan back-line.

Berikut chalkboard yang menggambarkan coverage area antara Toni dan Hariono pada babak II:

coverage area hariono-toni pada babak 2

Raja Isa dengan cukup cerdik menginstruksikan dua pemainnya untuk sesering mungkin berdiri sejajar di depan untuk membuat rasio pemain di daerah tengah pertahanan Persib menjadi 2 (striker) berbanding 2 (center-back). Raja Isa sebenarnya hanya memasang 1 striker yaitu Osas Marveleous.Tapi Raja Isa cerdik membiarkan Choi Dong Soo bermain bebas memaksimalkan kecepatan dan mobilitasnya yang eksplosif. Choi berkali-kali mengganggu pertahanan Persib dengan pergerakannya di kedua sisi lapangan, lantas melakukan penetrasi ke tengah, memaksa salah satu center-back Persib untuk bergerak ke sisi untuk menambal kebocoran. Dalam situasi itulah, Sanhueza naik ke atas mendampingi Osas dan memaksa full-back Persib (Jajang Sukmara atau Nasuha) berkali-kali harus bergerak ke tengah dan meninggalkan lobang besar di kedua sisi pertahanan Persib.

Lihat gambar gambar di bawah ini:

peluang choi dong soo

Choi Dong Soo (dalam lingkaran merah) berhasil menembus sisi kiri pertahanan Persib yang dijaga oleh Nasuha. Ini memaksa Abanda bergerak ke sisi untuk menambal kebocoran yang ditinggalkan Nasuha. Saat itulah Osas (lingkaran kuning) masuk ke tengah pertahanan Persib dan memaksa Jajang Sukmara (lingkaran hitam) harus pontang-panting bergerak mengikuti Osas.

Situasi ini terjadi beberapa kali, termasuk dalam proses gol PSMS yang dicetak oleh Osas. Lihat gambar di bawah ini:

gol PSMS via osas

Gol ini bermula dari kombinasi satu dua dari lini tengah Persib yang membuat Choi (dalam lingkaran merah) leluasa langsung berhadapan dengan back-line Persib tanpa ada satu pun DM yang melindungi. Toni (lingkaran kuning) justru ada di sisi kiri untuk menambal posisi yang ditinggalkan oleh Jajang Sukmara (lingkaran hitam). Saat yang sama, Osas (dalam lingkaran hijau) dari arah kiri bergerak ke dalam memaksa Nasuha (lingkaran putih) juga harus bergerak ke tengah menutup pergerakan Osas.

Bola sepakan Choi Dong Soo membentur Maman dan bergulir ke sisi kiri pertahanan Persib yang sudah ditinggalkan Nasuha karena beberapa detik sebelumnya harus bergerak ke tengah menutup pergerakan Osas. Akibatnya, Wawan Widiantoro dengan leluasa menguasai bola di sisi kiri pertahanan Persib nyaris tanpa pengawalan. Saat Wawan (lingkaran biru) mengirim crossing pada Osas (lingkaran kuning), posisi Nasuha (lingkaran merah) yang mencoba menutup Wawan telanjur jauh. Nyaris tanpa gangguan, Wawan dengan mudah mengirim crossing pada Osas yang lantas mengubahnya menjadi gol.

Gol Osas ini sebagian besar disebabkan faktor skill Osas yang mampu mengeksekusi bola tanpa melihat gawang Pitoy. Akan tetapi,  gol ini juga dimungkinkan karena bocornya sisi kiri pertahanan Persib yang ditinggalkan Nasuha yang membuat Wawan dengan leluasa mengirim crossing nyaris tanpa gangguan.

Pertanyaannya bukan ke mana Nasuha, melainkan ke mana Ilham yang berada di atas Nasuha?

Inilah yang menjadi PR bagi Mamic saat hanya memasang 1 DM. Ketika DM kerepotan melindungi back-line, sudah jadi insting full-back untuk bergerak ke tengah guna menyeimbangkan “rasio +1” di jantung poertahanan (“rasio +1” adalah doktrin yang meminta jumlah pemain bertahan lebih banyak dari jumlah pemain lawan yang berada di pertahanan).  Situasi ini tidak berbahaya jika saja flank bisa dengan cepat turun menempati posisi yang ditempati full-back yang terpaksa bergerak ke tengah.

Di sinilah analisis dan evaluasi atas kedua flank harus dilakukan. Dalam laga melawan PSMS, kedua flank Persib yaitu Radovic dan Ilham cenderung lambat untuk turun membantu kinerja full-back. Beberapa kali kesempatan, baik Ilham atau Radovic gagal melapis full-back Persib yang kadung bergerak ke tengah. Pada babak pertama, ada tiga momen di mana Radovic tak mampu mengantisipasi pergerakan Jajang yang harus bergerak ke tengah. Beruntung bola tak berhasil dipindahkan oleh pemain PSMS ke sisi lapangan yang sudah ditinggalkan Jajang dan gagal ditambal oleh Radovic.

Pada gol Osas, situasi dimulai saat DM (Toni) harus bergerak ke sisi kiri mengisi posisi yang ditinggalkan Jajang dan mengakibatkan back-line tak ter-cover sehingga Choi Dong Soo leluasa melakukan tembakan jarak jauh. Bola liar ke sisi kanan pertahanan Persib leluasa dikuasai oleh Wawan karena (1) sebelumnya Nasuha telanjur bergerak ke tengah menutup pergerakan Osas dan (2) Ilham sama sekali tidak terlihat/terlibat dalam menutup sisi lowong yang ditinggalkan Nasuha.

Inilah salah satu penyebab rasio kesuksesan umpan crossing PSMS amat jauh meninggalkan Persib.  Simak perbandingan produksi crossing antara PSMS dan Persib di bawah ini:

stats crossing persib vs psms

Stats di atas menunjukkan serangan PSMS paling efektif dan efisien dari sisi sayap, sementara bagi Persib stats itu menunjukkan kurang maksimalnya kinerja kedua flank dan full-back dalam bekerja sama saat menyerang maupun bertahan. Lihat chalkboard aliran bola yang dikirim kedua kesebelasan ke area pertahanan lawan:

chalkboard babak 2 PERSIB PSMS
chalkboard aliran bola Persib dan PSMS ke area pertahanan lawannya. PSMS justru terlihat lebih efektif dalam melakukan penyerangan, terlihat jumlah aliran bola PSMS yang bisa menembus area kotak penalti Persib jauh lebih banyak. Garis putih adalah aliran bola yang jatuh ke kaki lawan.

Mungkin inilah resiko yang harus diambil oleh  Persib Bandung yang untuk pertama kalinya sepanjang musim ini mencoba belajar memaksimalkan serangan dari inside-midfield melalui skema box to box. Ampuh dalam menyerang, tapi cenderung lebih rapuh dalam bertahan.

13 thoughts on “Persib 3-1 PSMS: Menyerang dari Tengah

  1. Analisa Yang bagus,, Kalo Dm nya bukan Tony terus diganti Gaspar cocok gak ya ? gaspar cocok menjaga kedalaman. Radovic kemarin bermain bagus, Pergerakannya sagat efektif juga membahayakan gawang lawan, Ditambah akurasi umpan yang bagus. Hanya, di 2 Laga terakhir PERSIB, Saya cukup kecewa dengan permainan M.Ilham yang jarang membantu pertahanan dan kerap kali salah dalam First Touch. Entah Taktik atau apa, Tapi kesalahan mendasar seperti First Touch, Dribble, dan CRossing harus bisa dilakukan dengan baik tanpa mengulangi kesalahan yang sama secara berulang-ulang. Salut saya Buat Hariono yang menjadi Box-box to box midfielder, permainan nya sangat bagus dan cepat. semoga PERSIB Bisa Lebih baik lagi

    1. Gaspar secara teknik dan visi bermain mestinya akan lebih baik daripada Toni.

      Miljan kemarin main ya segitu itu seperti biasanya. babak 1, crossing dari gaspar ga ada yg succes loh.

      Tentang Ilham, dia harus dievaluasi oleh Mamic. Kinerjanya mengecewakan dalam dua laga terakhir.

  2. 4-4-2 sekali lagi membuktikan lebih pas, apalagi dgn kualitas pemain di kompetisi Indonesia. Bisa aja pake skema advance, tapi kuasai dulu 4-4-2 yg mengandalkan sistem zona.

    Serangan Persib dalam 4-4-2 bisa sukses disebabkan juga buruknya defence & deep midfield PSMS, terutama di babak pertama. Biasanya, serangan umpan terobosan ala Persib akan coba di-counter dari sisi pengumpan. Bisa pressing ketat dgn 3 pemain ke pengumpan.

    1. Mamic sengaja ga pake 4-4-2 di awal2 kepelatihannya di Persib. Alasannya, menurut kami, karena keampuhan pola 4 bek sejajar masih jauh dari harapan. Untuk itulah dia pake 4-2-3-1, dg itu Mamic memilih melindungi backline dg memasang 2 DM. Belakangan saja Mamic pake 4-4-2, lazimnya di tengah permainan berubah jadi 4-4-2 seperti saat lawan Sigli. Maen 4-4-2 sejak menit awal baru dipraktikkan Mamic di laga PSMS ini.

  3. Kenapa flank Persib tidak bisa meng-cover daerah yang ditinggalkan oleh Nasuha atau Jajang? karena fisik Radovic yg sudah termakan usia dan M. Ilham yang jarang turun ke belakang.

    nu jelas mah Hariono ngabreeeett 😀

    1. Kalau masih ingin mencoba 4-4-2, Mamic perlu lebih jeli menyusun komposisi pemainnya terutama untuk pos flank. Pelajaran dari laga vs PSMS adalah: pakai 4-4-2 dg flank yg defence-nya butut (seperti Miljan atau Ilham) bikin lini sayap jadi rentan gempuran.

  4. penjelasan yang detail kang…
    saya juga menilai permainan Persib kemarin lebih baik dibanding lawan PSAP. Permainan lini tengah na bagus. Salut u/ permainan Hariono, yang memang berkembang dgn baik. Ternyata bukan saya saja yang merasa keberadaan M. Ilham kurang produktif. Penempatan 2 striker pun bagus, terlebih keduanya mengandalkan speed, serta Airlangga yang bisa turun menjemput bola u/ Aliyudin.
    untuk DM, kadang terpikir untuk menempatkan Radovic sbg ‘deep playmaker’, seperti Pirlo atau Xabi Alonso, mengingat faktor umur & fisik. biarlah Ilham\Gaspar & Atep membongkar, Hariono yang jadi ‘tukang angkut air’.

    1. Menempatkan Radovic sbg DM itu rentan. Benar dia punya kapasitas utk menjadi deep-lying playmaker, tapi kemampuan defence-nya yang (bisa dikatakan) sangat buruk bisa merepotkan backline Persib. Mungkin bisa dipraktekkan, tapi tidak dalam 4-4-2, tapi dalam 4-2-3-1 karena kinerja bertahan Rado nanti akan dibantu DM satunya lagi.

  5. sebagai bobotoh yg awam dgn taktik stategi saya sangat antusias dgn penjelasan yg sangat detil ini. Tp yg saya heran itu knp Ronggo buka jersey didalam lapangan? apakah awam juga? hehehe

  6. Yup ulasannya sangat detil, saya jadi makin cinte Persib. Yang perlu ditambahkan sekarang aadalah faktor non teknis seperti menjaga emosi dan mental. Sekeren apapun taktik dari Mamic, klo mental jatuh pasti ujungnya ga konsen buyar deh taktiknya

  7. Tentang aspek mental, lihat aja cara Maman bermain. Zona aman sekali pun, pasti main buang. Kemarin tiga kali Maman bikin clearance yg tak perlu. Salah satunya jatuh ke kaki pemain lawan dan nyaris jadi blunder fatal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *