Persib untuk pertama kalinya di musim ini bertandang ke kandang lawan. Bertandang ke kandang Deltras Sidoarjo, Persib berangkat dengan modal yang meyakinkan: untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun terakhir Persib bisa menyapu bersih dua laga awal kompetisi.
Catatan yang meyakinkan dari segi hasil itu diraih dengan cara yang sebenarnya tidak terlalu meyakinkan. Pada laga pembuka melawan Persisam, Persib yang mendominasi permainan harus kebobolan dua kali. Saat menghadapi Sriwijaya, Persib “hanya” menang berkat tendangan penalti dalam sebuah pertandingan yang dikuasai oleh tim tamu yang justru hanya bermain 10 orang dalam 15 menit terakhir.
Mamic sendiri mengatakan bahwa ia tidak mengincar hasil seri kendati harus bermain di kandang lawan. Mungkin karena itu pula Mamic tak mengubah sedikit pun komposisi pemain yang sudah berhasil memberikan enam poin dalam dua laga sebelumnya, kendati beberapa hari terakhir terbetik kekhawatiran perihal kebugaran Miljan Radovic, Atep dan Hariono. Dalam soal ini, Mamic terbukti seorang yang “konservatif” dan cenderung enggan mengambil resiko, termasuk tetap konsisten dengan pola 4-2-3-1.
Babak I
Sebagaimana sudah diperkirakan, Deltras Sidoarjo turun dengan formasi 4-4-2 dengan memasang Sean Rooney dan Amos Marah yang baru beres urusan ITC-nya sebagai duet striker. Prediksi kami terkait starting eleven 100 persen tepat, kecuali pada penempatan Fakhruddin yang dalam preview pertandingan ditempatkan di posisi flank kanan. Untuk starting eleven Persib, prediksi kami sebelumnya juga sama persis dengan pilihan Mamic.
Kendati sempat mengambil inisiatif penyerangan pada awal pertandingan, Persib pelan tapi pasti mulai berada dalam tekanan Deltras. Serangan Deltras datang dari kombinasi crossing dari flank kiri dan terutama dari inside-midfield yang mayoritas diawali gerakan Shin Hyun Jon yang diakhiri dengan kerja sama antara Rooney dan Amos. Lihat chalkboard di bawah ini:

Dari chalkboard itu terlihat dua model aliran bola Deltras ke kotak penalti Persib. Pertama, crossing-crossing jauh sisi kiri yang ditempati oleh Shin Hyun Jon. Sepanjang babak pertama, Deltras memproduksi crossing sebanyak 10 kali, tujuh di antaranya dilakukan dari sisi kiri. Dari tujuh crossing yang dikirim dari kiri hanya 2 yang success. Jika kita melihat chalkboard di atas, juga angka crossing Deltras yang succesfull dari sisi kiri, terlihat sisi kanan pertahanan Persib relatif baik-baik saja. Crossing-crossing dilakukan banyak dari dari area yang belum masuk wilayah pertahanan Persib.
Kendati terlihat jauh lebih sibuk daripada dua laga sebelumnya, Zulkifli tetap menunjukkan daya bertahannya yang kokoh. Di awal pertandingan, Zul bahkan beberapa kali bisa melakukan overlap. Ini yang membuat M. Ilham menjadi leluasa mengembangkan permainannya. Jika kita melihat chalkboard di atas, mayoritas aliran bola Persib ke kotak penalti Deltras banyak datang dari sisi kanan yang ditempati Ilham ini. Dari empat crossing yang diproduksi Persib pada babak pertama, semua berasal dari sisi kanan ini.
Sayangnya, kinerja Atep di sisi kiri penyerangan tak berhasil mengimbangi Ilham. Atep jarang menyentuh bola. Kesibukan Toni sebagai full back kiri dalam menjaga daerahnya menjadi salah satu sebab “hilangnya” Atep. Sekitar menit ke-25, Atep dan Ilham bertukar posisi. Akan tetapi, Ilham tak bermain sebaik saat di kanan. Toni yang amat jarang melakukan overlap menjadi sebab penting mandeknya serangan dari kiri. Sepanjang babak pertama, tak ada satu pun crossing yang datang dari sisi kiri ini. Sayangnya lagi, Atep yang berpindah ke kanan tetap tak berhasil meningkatkan kinerjanya. Ini menyebabkan kedua flank Persib terus merosot daya dobraknya.
Ini menyebabkan Deltras, hampir bersamaan dengan pertukaran posisi Atep dan Ilham, justru makin leluasa mengendalikan permainan. Menyadari Zulkifli sukar untuk ditembus, Shin –yang dalam preview pertandingan sudah diperkirakan akan bermain bebas dari arah flank—mulai mengambil inisiatif melakukan pergerakan ke dalam dan/atau mengirim banyak short-pass ke arah tengah dan/atau ke arah flank kanan yang ditempati Fakhruddin.
Dari sinilah kesulitan sistemis Persib mulai datang. Ditopang Brizuela (pengatur serangan dari kedalaman atau deep-lying play maker) yang leluasa bergerak di tengah menyusul tak berkutiknya Miljan Radovic yang dijaga Juan Revi, Deltras makin agresif melakukan tekanan dari inside-midfield ini. Kombinasi pergerakan Brizuela yang naik dari bawah dan Shin yang bergerak ke tengah dari flank kanan sampai ke kaki Sean Rooney yang aktif menjelajahi area di depan backline Persib. Jika bola tidak jatuh ke kaki Rooney yang lantas melakukan through-pass pada Amos, bola akan bergulir ke sisi kanan.
Saat bola masuk ke sepertiga lapangan terakhir inilah Rooney memainkan peranannya. Berkali-kali dia berhasil menahan dan mengolah bola di antara Hariono dan dua center back Persib, kadang ia bisa leluasa mengolah bola tepat di atas garis kotak penalti. Jika kita melihat chalkboard di atas, Deltras beberapa kali bisa melakukan turn-over di daerah antara DM dan backline Persib (lihat titik-titik merah di depan kotak penalti Persib). Sementara, masih dari chalkboard di atas, Persib lebih minimal melakukan turn over di wilayah Deltras, bahkan tidak sekali pun berhasil melakukan turn over di depan backline Deltras (titik-titik biru di atas adalah posisi di mana Persib berhasil merebut bola dari Deltras).
Keberadaan Rooney yang nyaman bermain di antara Shin dan Amos inilah yang membuat aliran bola ke kotak penalti Persib seringkali berupa short pass atau through pass. Jika kita melihat chalkboard, terlihat cukup banyak garis-garis pendek yang menandakan para pemain Deltras punya ruang yang cukup untuk mengumpan. Bandingkan dengan aliran bola Persib ke kotak penalti Deltras yang mayoritas berupa passing-passing panjang dan itu menjadi bukti kesulitan Persib memasuki sepertiga lapangan terakhir Deltras.
Dari sisi Persib, chalkboard itu menjelaskan bagaimana dua Devensive Midfielder (DM) Persib (Gaspar-Hariono) kesulitan memfilter serangan Deltras. Kegagalan memfilter serangan inilah yang membuat Deltras leluasa melakukan short pass atau through pass di depan kotak penalti Persib.
Salah satu penyebabnya adalah konsentrasi Gaspar di sisi kiri pertahanan untuk membantu kinerja Toni Sucipto dalam bertahan. Untuk pertama kalinya sejak dua laga pertama, coverage area Gaspar sangat dominan berada di sisi kiri bahkan sejak babak pertama. Ini memaksa Hariono bertarung sendirian mengantisipasi pergerakan Shin atau Brizuela dan kadang juga Rooney.
Lihat chalkboard di bawah ini:

Dari chalkboard itu terlihat bagaimana coverage area Gaspar (titik hitam) memang dominan sekali di kiri, sementara Hariono (titik-titik merah) praktis sendirian menjaga kedalaman dan harus juga ikut bergerak ke kanan membantu Zulkifli Syukur. Chalkboard itu juga menegaskan bagaimana pembagian peran Hariono-Gaspar yang rupanya bermain sejajar: Gaspar di kiri, Hariono di tengah dan kanan.
Dengan 2 DM dan 2 full back yang sesibuk itu, bagaimana Persib harus melakukan penyerangan?
Jawabannya tidak terletak pada MIljan Radovic, tapi pada Ilham. Untuk pertama kalinya sejak pertandingan melawan Semen Padang Ilham sangat dominan dalam sisi penyerangan. Dia berkali-kali ikut turun membantu penyerangan, bergerak ke kanan dan bertukar posisi dengan Atep. Hanya saja, Ilham seorang tidak akan cukup untuk menghadapi Juan Revi yang dengan mudah mematikan Miljan atau Waluyo yang konsisten menjaga areanya. Dalam laga melawan Deltras, opsi untuk melakukan serangan balik praktis tertutup menyusul terkuncinya Miljan oleh Juan Revi dan buruknya performa Atep. Berharap kerja sama satu dua dengan Airlangga adalah opsi yang kelewat susah, bukan hanya karena Airlangga secara konsisten dijaga oleh Dadic dan Purwaka, tapi juga karena jarak antara Ilham dan Airlangga juga berjauhan.
Airlangga, sepanjang babak pertama, tak sekali pun dapat menyentuh, menerima atau membawa bola dengan menghadap ke gawang lawan!
Babak II
Mamic secara mengejutkan melakukan perubahan formasi dari 4-2-3-1 menjadi 4-4-2 dengan memasukkan Aliyuddin yang masuk menggantikan Hariono. Untuk pertama kalinya selama menukangi Persib, Mamic memakai 4-4-2 dalam sebuah pertandingan kompetitif. Yang lebih mengejutkan lagi, yang diganti adalah Hariono dan bukan Radovic yang –seperti biasanya jika Persib ditekan—cenderung hilang dan minim kontribusi. Tampaknya ada masalah kebugaran dengan Hariono yang di laga sebelumnya saat menghadapi Sriwijaya dilanda cedera kecil dan terpaksa diganti Hendra Ridwan. Tampaknya, menilik tidak dimasukkannya Hendra Ridwan yang siap dan berpengalaman untuk mengganti posisi Hariono di DM, Mamic memang berniat memakai 4-4-2.
Yang segera menonjol dari perubahan ini adalah berubahnya coverage area Miljan Radovic. Jika di babak pertama Miljan bermain jauh di atas (itu pun tak berkutik karena marking ketat Juan Revi), pada babak kedua Miljan turun lebih ke dalam, nyaris sejajar dengan posisi Gaspar. Dia berperan ganda: selain mencoba menjadi penghubung antara kedalaman dengan lini depan, Miljan juga “dipaksa” untuk sedikit banyak mengisi peran Hariono di babak pertama: memberi perlindungan bagi backline Persib.
Lihat chalkboard di bawah ini:

Chalkboard di atas adalah posisi Gaspar dan Miljan saat aktif berada di dekat bola, baik saat menerima passing, mengirimkan passing mau pun saat berduel dengan lawan untuk bertahan. Terlihat coverage area antara Gaspar dan Miljan memang cenderung sejajar, dengan Gaspar lebih banyak di sisi kiri dan Miljan di sisi kanan. Untuk pertama kalinya sepanjang pertandingan, Gaspar ikut berada di kotak penalti sendiri dalam situasi open play.
Akan tetapi, kemampuanbertahan Miljan yang lemah memaksa Gaspar untuk beberapa kali juga masuk ke kanan (sebagaimana terlihat dalam chalkboard), menutup area yang ditinggalkan Miljan, terutama saat Miljan sedang melakukan transisi dari bertahan ke menyerang. Kadang, karena daya jelajah Miljan yang lambat, Ilham harus juga turun mengisi posisi yang ditinggalkan Miljan.
Bagi Deltras sendiri, turunnya Miljan ke bawah membuat mereka lebih leluasa mengeksploitasi lini tengah Persib. Lihat coverage area yang dilakukan para pemain Deltras saat melakukan penyerangan:

Turunnya Miljan membuat Juan Revi jadi punya ruang untuk melakukan pressing lebih tinggi dan akibatnya memaksa devensive line Persib makin turun ke bawah. Shin yang areanya bertemu dengan wilayah yang dijaga Mijan juga jadi lebih leluasa lagi untuk masuk ke tengah dari arah flank kiri. Shin bahkan sempat dengan enak menggiring bola sampai garis kotak penalti dan memaksa Abanda menjatuhkannya, sesuatu yang tak terjadi saat Hariono masih berjaga di situ. Di sisi lain, Brizuela yang pada babak pertama rajin memulai serangan dari kedalaman dalam posisinya sebagai deep-lying play maker juga makin enak melakukan operasi ke depan. Kendala yang dihadapi oleh Brizuela hanyalah inisiatif Ilham yang beberapa kali ikut menahan pergerakan Brizuela.
Menyadari situasi di lini tengah sudah enak dikuasai, Deltras memutuskan mengganti Bizuera dengan Yusuf. Masuknya Yusuf yang lebih cepat mengganti Bizuera yang bertipe passer ini menjelaskan kepercayaan diri Deltras untuk tidak harus lagi berlama-lama mengatur tempo, melainkan bisa langsung melakukan serangan ke jantung pertahanan Persib. Itulah sebabnya Yusuf sempat dengan enak membawa bola ke area pertahanan Persib dan melakukan tendangan jarak jauh.
Jika kita melihat chalkboard aliran bola ke kotak penalti di babak kedua yang dibuat oleh kedua kesebelasan, tidak terlalu terlihat perbedaan mencolok dengan babak I.

Deltras masih sangat dominan. Perbedaan terlihat pada aliran bola dari sisi kiri Deltras yang sedikit meningkat dibanding babak I sebagai konsekuensi digantinya Hariono oleh Gaspar. Secara umum, pada babak kedua, aliran bola Deltras ke kotak penalti Persib di babak ke II jauh lebih merata.
Sementara di kubu Persib, aliran bole ke kotak penalti Deltras justru makin berkurang. Bisa dihitung dengan jari jumlah passing yang dikirim ke kotak penalti Deltras. Dari chalkboard di atas, terlihat tidak ada perubahan signifikan dalam soal daya serang Persib kendati Persib bermain dengan 2 striker sejak awal babak kedua. Aliyuddin memungkinkan Airlangga bisa lebih berkosentrasi di depan. Aliyuddin terlihat beberapa kali turun ke bawah, melebar ke kanan dan ke kiri. Akan tetapi, daya jelajah Miljan yang terbatas membuat lini serang Persib harus bertarung sendirian tanpa mendapatkan bantuan dari lini kedua.
Persib sempat mendapatkan dua peluang emas di babak kedua. Peluang pertama saat Ilham dengan upaya sendiri berhasil masuk ke kotak penalti lawan dari sisi kanan melewati Benny Wahyudi dan tinggal berhadapan dengan kiper Wawan. Peluang kedua datang dari Aliyuddin yang gagal memanfaatkan long-pass Abanda yang gagal diantisipasi oleh Benny Wahyudi.
Performa Benny Wahyudi sebenarnya buruk di babak kedua. Dua peluang emas Persib itu datang karena kegagalan Benny Wahyudi menjaga daerahnya. Hanya saja, Ilham kesulitan memaksimalkan kelemahan Benny Wahyudi karena dia sendiri harus beberapa kali turun membantu Miljan Radovic.
Kesimpulan
Persib lagi-lagi bermain bertahan sebagaimana saat menghadapi Sriwijaya. Bedanya, dalam laga ini, skema bertahan Persib tidak berjalan dengan bagus. Jika melawan Sriwijaya skema bertahan Persib dengan bagus sudah digalang sejak lini tengah, dalam laga melawan Deltras ini lini tengah Persib (yang digalang oleh Gaspar dan Hariono dan kemudian Miljan) gagal melindungi back-line secara maksimal.
Kesulitan terutama datang dari kegagalan Persib mengantisipasi pergerakan Rooney dan Shin. Berbeda dengan Sriwijaya yang mengandalkan seorang striker (Kayamba) dengan dua flank yang konsisten bergerak di tepi lapangan, Deltras bermain dengan dua striker yang salah satunya (Rooney) bermain lebih ke bawah. Flank kiri Deltras yang diisi Shin juga menyulitkan karena dia bukan flank murni sebagaimana Ridwan di Sriwijaya, melainkan flank yang diberi ruang bergerak yang bebas. Hariono (kemudian Miljan) dan Gaspar terlihat kepayahan mengantisipasi kombinasi antara Brizuela, Shin dan Rooney, terutama Shin dan Rooney yang konsisten bergerak di area antara DM dan backline Persib.
Preview yang dibuat tim mengbal sehari sebelumnya sudah mewanti-wanti cara menyerang Deltras yang bermain dengan kedua sisi berbeda: satu flank murni (Fakhruddin) dan satunya flank yang bermain lebih ke dalam (Shin dan kadang Brizuela). Terbukti, Persib gagal mengantisipasi kombinasi lini tengah Deltras, tidak seperti keberhasilan lini tengah Persib menggagalkan upaya Sriwijaya mengkonversi dominasi penguasan bola menjadi serangan yang bisa menekan sampai area backline Persib.
Lihat chalkboard aliran bola Sriwijaya ke kotak penalti Persib DI SINI untuk melihat perbandingan bagaimana Sriwijaya tak pernah bisa melakukan through pass di area DM dan melulu menyerang dari sisi flank.
Beruntung kinerja pemain bertahan Persib sangat bagus. Sadar akan bocornya area DM, Zulkifli, Abanda Herman dan Maman Abdurrahman jauh lebih ajeg lagi bertahan di depan kotak penalti Persib. Beberapa kali Deltras bisa melakukan through pass, akan tetapi duet Abanda dan Maman (terutama Abanda) selalu tepat melakukan intercept, termasuk intercept vital di babak pertama saat memotong through pass Rooney kepada Amos Marah. Zul, kendati lebih sibuk daripada biasanya, juga tetap tak tertembus. Dua kali dia melakukan upaya block-shoot di dalam kotak penalti. Performa lini belakang yang bagus ini diimbang oleh konsentrasi Jandry Pitoy. Pitoy terlihat selalu berhasil memotong bola silang dan menghentikan shooting jarak jauh, termasuk shooting Rooney di babak pertama yang berhasil ditepisnya. Tampaknya, komunikasi di lini pertahanan Persib berjalan kian membaik dari satu partai ke partai berikutnya.
Catatan bagi Mamic barangkali (lagi-lagi) pada aspek Miljan Radovic. Seperti yang sudah disinggung dalam artikel-artikel kami, Miljan nyaris tidak bisa diharapkan dalam situasi tim sedang tertekan terus-menerus. Kemampuannya dalam situasi off the ball terlihat jomplang dengan skillnya dalam menahan bola dan men-delay permainan.
Lagi-lagi, Persib belum bisa keluar dari pakem serangan yang mengandalkan flank. Keberadaan Miljan dalam situasi terus menerus tertekan membuat Persib terlihat tidak memiliki skema serangan balik. Dalam situasi tertekan yang ajeg, para pemain di pos penyerangan harus mampu bermain dengan jauh lebih taktis, cepat, dan tidak berlama-lama menguasai bola agar bisa melakukan serangan balik yang cepat. Jika dalam sebuah serangan balik ada pemain yang men-delay bola, maka dengan sendirinya serangan itu berhenti menjadi serangan balik karena itu memberikan kesempatan pada lawan untuk kembali menggorganisir pertahannya.
Mamic tentu tahu benar soal yang relatif agak sederhana ini!
Draw pada partai tandang pertama itu hasil yang baik, walaupun sebagai fans gw lebih berharap Persib meunang.. Hehe..
Sekali lagi gw disuguhkan statistik yg mengagumkan oleh para kru mengbal.. Bravo!! Keep the good works!! 😀
amazing..
amazing.. heu..
Prediksi dan Analisis yang tajam juga Elegan. Untuk Para Administrator Mengbal, Ada Baiknya Ikut saja Kursus kepelatihan, kebetulan saya juga mau ikut… heheheZ 😀
Pertama mau bilang dulu Admin’y cakep 😀
Min andai Suchao msh ada dgn 4-2-3-1 diposisi pengganti peran Miljan kaya’y lebih cocok ya?