Babak grup Inter Island Cup [IIC] 2012 berhasil dilalui Persib dengan catatan lumayan mengkilap: meraih poin sempurna, 3 kali menang, dengan mencetak 8 gol dan hanya kemasukan 2 gol. Tak hanya dari segi hasil, Persib juga cukup maksimal memanfaatkan 3 laga itu untuk mengasah taktik dan mencoba sejumlah varian formasi bermain dan komposisi pemain.
Berbeda dengan Celebes Cup di mana Jajang tampak begitu berhati-hati, babak grup IIC 2012 ini Jajang cukup lepas untuk mencoba berbagai variasi taktik, formasi dan komposisi pemain. Artikel kali ini akan menyoroti bagaimana Jajang menyusun formasi dan taktik serta memilih komposisi pemain dalam 3 laga babak grup IIC 2012.
PERSIB 2 – 0 GRESIK UNITED
Pada laga pertama ini, Jajang menggunakan formasi 4-2-3-1 yang sering digunakan dalam laga-laga ujicoba sebelumnya, termasuk di Celebes Cup. Perubahan terjadi pada komposisi pemain, di mana Maman diganti Naser al-Sebai, Supardi diganti Jajang Sukmara dan I Made Wirawan diganti Shahar Ginanjar.
”]SATU. Kehadiran Naser di jantung pertahanan membuat koordinasi lini belakang terasa lebih bagus. Naser membawa suasana bermain yang berbeda, jauh lebih tenang, tidak tergesa-gesa. Jarang kita lihat lini belakang Persib melakukan clearance-clearance yang tidak perlu. Pemain bertahan Persib juga bermain lebih bersih sehingga jarang sekali Gresik bisa memperoleh tendangan bebas di wilayah pertahanan Persib.
Situasi ini membuat lini tengah Persib yang ditempati Asri Akbar, Mbida Messi dan Firman Utina bisa nyaman dalam menjembatani lini belakang dan lini depan. Salah satu problem akut di tubuh Persib adalah rapuhnya lini pertahanan yang berimbas pada tidak lancarnya aliran bola dari lini belakang ke lini tengah. Terlalu mudah panik adalah ciri buruk pertahanan Persib selama bertahun-tahun. Jangan heran jika angka clearance yang dilakukan pemain bertahan Persib cenderung tinggi. Imbasnya, lini tengah Persib seringkali “dilewatkan” begitu saja.
DUA. perkembangan positifi di lini pertahanan ini dijawab dengan ciamik oleh lini tengah Persib. Melalui poros Asri Akbar dan Mbida-Messi, koneksi antara lini bertahan dan lini menyerang Persib jadi lebih lancar. Bola bisa bergulir dengan enak dari Naser atau Abanda ke Asri Akbar atau Mbida lantas berlanjut ke Firman Utina.
Pembagian tugasnya: Asri Akbar menjaga kedalaman guna melindungi kuartet pemain bertahan, sementara Mbida bertugas menjadi anchor-man yang menjadi penghubung antara unit bertahan [kuartet bek + Asri Akbar] dan unit menyerang [Atep-Firman-Ridwan-Dzumafo].
Jika di Celebes Cup tempo hari Mbida dikritik terlalu lambat, di laga melawan Gresik ini dia bermain efisien. Mbida sering turun ke bawah menjemput bola dengan efektif dan dia juga tahu kapan saatnya menopang unit menyerang. Dengan kualitas umpan-umpan pendeknya yang baik dan kemampuan kontrol bola yang bisa mengatasi kualitas lapangan Siliwangi yang tidak rata, Mbida enak sekali menghubungkan unit bertahan [empat bek + Asri Akbar] dengan unit menyerang.
Situasi ini amat memudahkan kerja Firman Utina. Dia tak dibebani pekerjaan tambahan ikut bertarung menguasai lini tengah. Firman bisa maksimal mengeksplorasi attacking third, bergerak ke kanan untuk melakukan satu dua sentuhan dengan Ridwan atau memanfaatkan ruang yang dibuka Dzumafo di kotak penalti. Ini yang tak dialami oleh Miljan Radovic musim lalu saat bermain 4-2-3-1 di era Mamic. Selain harus menopang ujung tombak, Miljan juga harus terlibat dalam pertempuran menguasai lini tengah.
TIGA. Dzumafo memang dipatok sebagai ujung tombak, tapi jelas Dzumafo bukan seorang poacher. Dia bukan penyerang yang betah berdiam di kotak penalti lawan. Kecenderungan Dzumafo adalah [1] menjadi tembok penyerangan dengan kemampuannya yang cukup dalam menahan bola dan [2] banyak bergerak di sisi kiri dan bertukar posisi dengan Atep. Cukup sering Dzumafo berani menahan bola di sisi lapangan dan membiarkan Firman naik ke kotak penalti dengan Atep yang bergerak ke tengah.
Pertukaran posisi antara Dzumafo, Atep dan Firman ini yang menjadi kunci 2 gol Persib. Pada gol pertama, Atep yang masuk agak ke tengah, mengirim through-pass ke kotak penalti. Tidak ada Dzumafo di situ, karena dia sudah bergerak turun menghindari jebakan off-side. Yang menerima umpan adalah Naser yang sekonyong-konyong masuk ke dalam kotak. Gol. Pada gol kedua, Dzumafo memperlihatkan kemampuannya. Setelah bergerak ke sisi kanan, Dzumafo berhasil masuk ke dalam kotak penalti dengan melewati dua pemain Gresik sebelum memberi asisst pada Kenji.
Kenji sendiri masuk menggantikan Firman Utina. Sejak Kenji masuk, Persib di atas kertas bermain 4-4-2, akan tetapi di lapangan Persib tetap bermain dengan 4-2-3-1. Dzumafo turun ke bawah, menempati posisi yang ditinggalkan Firman.
Apa bedanya 4-2-3-1 dengan Firman sebagai gelandang serang dan dengan Dzumafo sebagai penyerang lubang di belakang Kenji akan dijelaskan dalam review Persib vs Persepam Madura.
PERSIB 3 – 0 PERSEPAM MADURA
Pada laga ini, Jajang Nurjaman membuat 2 perubahan berarti: [1] memarkir Firman Utina di bangku cadangan dan memasukan Kenji sebagai starter menemani Dzumafo dan [2] membangkucadangkan Asri Akbar dan memasukan Hariono sebagai starter.
”]Secara natural kali ini Persib bermain 4-4-2 dengan 2 striker ditempati oleh Dzumafo dan Kenji Adachihara. Tapi praktiknya, Persib tetap bermain dengan 1 striker yaitu Kenji. Sementara Dzumafo lebih sering bergerak sedikit ke dalam dan/atau bahkan bertukar posisi dengan Atep di sisi kiri. Persib menampilkan variasi formasi antara 4-4-2 dan 4-4-1-1.
Perbedaan paling mencolok dari perubahan ini adalah ruang bergerak Mbida jauh lebih luas. Absennya Firman ditutup dengan pergerakan Mbida yang lebih maju ke depan. Saat menghadapi Gresik dengan area gerak Mbida lebih konstan di tengah lapangan. Saat menghadapi Persepam, Mbida lebih aktif bergerak di attacking third yang sebelumnya menjadi wilayah Firman.
Singkatnya: jika Firman ada di lapangan, Mbida bermain sebagai anchor-man, saat tanpa Firman maka Mbida bermain sebagai gelandang serang. Sebagai anchor-man, peran utama Mbida adalah menjadi penghubung antara unit menyerang dan unit bertahan sekaligus mengontrol permainan dari lini tengah, saat menjadi gelandang serang peran Mbida terutama memberi pasokan umpan-umpan langsung ke jantung pertahanan lawan. Sebagai gelandang serang, Mbida leluasa sekali memasuki attacking third. Berkali-kali dia mempertontonkan kemahiran dalam mengirim thorugh-pass membelah jantung pertahanan Persepam.
Keleluasaan bergerak Mbida di attacking third ini juga tercermin dari keberhasilannya mencetak gol. Dalam situasi tendangan bebas, Mbida tiba-tiba sudah berada di dalam kotak penalti dan berhasil mengkonversi tendangan bebas Toni Sucipto menjadi gol.
Selain Mbida, peran Dzumafo juga menjadi kunci dalam skema permainan ini. Dia bergerak di antara Mbida dan Kenji. Dalam skema serangan balik, Dzumafo sering menjadi penahan bola untuk memberi kesempatan rekan-rekannya naik atau langsung melakukan penetrasi dari lebar lapangan. Dalam skema serangan yang tersusun perlahan dari bawah, barulah Dzumafo kerap berdiri sejajar dengan Kenji.
Gol pertama Persib lahir dari skema ini. Menerima bola clearance pemain bertahan Persepam, Mbida tanpa berpikir panjang langsung menyodorkan bola pada Kenji yang tepat berada di depan kotak penalti. Kenji langsung menyodorkan bola pada Dzumafo yang berlari dari belakang. Menariknya, umpan Kenji yang bergulir ke tengah kotak penalti itu oleh Dzumafo langsung dipindahkan ke tiang jauh di mana Atep masuk ke dalam kotak penalti. Dengan mudah, Atep mengkonversinya menjadi gol.
Setelah unggul 3-0, Jajang menarik Atep dan memasukan Airlangga. Selama kurang lebih 20 menit, barulah Persib bermain dengan dua ujung tombak [Kenji-Airlangga] yang secara konstan berada di kotak penalti. Sementara Dzumafo justru ditempatkan sebagai flank kiri menggantikan Atep.
Secara umum, penampilan melawan Persepam adalah penampilan terbaik Persib dalam 3 laga babak grup IIC 2012. Formasi 4-4-2 atau 4-4-1-1 berjalan dengan sangat baik. Lini tengah dengan begitu enjoy dikuasai Mbida. Kualitas dan pengalaman Persekam yang baru sekarang bermain di level atas persepakbolaan Indonesia tampaknya memudahkan lancarnya skema permainan Persib.
PERSIB 3-2 PERSIDAFON DAFONSORO
Lagi-lagi Jajang melakukan perubahan. Jajang kembali menurunkan Firman Utina dan Asri Akbar yang absen saat mengalahkan Persepam. Di lini depan, Jajang tetap menurunkan Kenji dan Dzumafo secara bersamaan. Tapi kali ini Dzumafo tidak dipasang sebagai tandem Kenji, melainkan sebagai flank kiri menggantikan Atep yang kali ini dibangkucadangkan. Peran Dzumafo ini sama seperti yang dia lakoni di 20 menit terakhir saat menghadapi Persepam.
”]Jajang juga melakukan perubahan di lini pertahanan. Naser diparkir ke bangku cadangan digantikan oleh Aang Suparman. Begitu juga Jajang Sukmara yang kali ini digantikan oleh Supardi Nasir.
Kembalinya Supardi membuat daya sengat Ridwan jauh lebih kuat. Supardi sangat rajin membantu Ridwan. Duet pemain yang sudah bermain bersama selama 3 musim ini memang sudah tahu sama tahu, terutama saat menyerang. Sayang, Ridwan tak cukup maksimal mengerahkan kekuatannya untuk balik membantu Supardi bertahan. Sisi pertahanan yang dijaga Supardi ini rentan dihajar oleh para pemain Dafonsoro yang cepat.
Sementara di jantung pertahanan, absennya Naser mengembalikan habit buruk lini pertahanan Persib. Duet Aang dan Abanda bermain tidak tenang. Berbeda dengan duet Abanda-Naser yang bermain rapi dan bersih, duet Aang-Abanda mudah panik. Gol pertama Persidafon lahir karena pelanggaran Aang persis di depan kotak penalti. Di dua laga sebelumnya, Persib tak pernah membuat pelanggaran di sekitar kotak penalti. Sementara gol kedua Dafonsoro juga lahir karena kesalahan fatal gagal mengontrol bola.
Kinerja buruk lini pertahanan ini berimbas pada performa lini tengah Persib. Secara keseluruhan, trio lini tengah Persib [Asri-Mbida-Firman] tak seleluasa dua laga sebelumnya. Sepanjang pertandingan, duet poros Mbida dan Asri cenderung tertahan di daerah sendiri. Mbida kurang berhasil memainkan peran sebagai anchor-man. Ini menyebabkan Firman juga tidak maksimal mengeskploitasi attacking third.
Firman memang berhasil mencetak gol melalui skema yang memang khas formasi 1 striker. Dia muncul dari lini kedua, lolos dari jebakan off-side, dan langsung berhadapan dengan kiper Persidafon. Tapi situasi itu tak berlangsung lama. Setelahnya, Firman juga tak leluasa bermain di attacking third. Tak heran jika di laga ini Firman berkali-kali harus mengirim through-pass panjang. Salah satunya berbuah penalti yang dikonversi menjadi gol oleh Dzumafo.
Dzumafo memang bisa merepotkan bek kanan Persidafon. Berkali-kali Dzumafo berhasil membawa bola sampai kotak penalti. Tapi Dzumafo kesulitan mengkonversi pergerakannya itu menjadi peluang. Dzumafo tampak sangat “rakus” menggoreng bola. “Kerakusan” ini lahir karena jarak antar pemain agak renggang. Kenji sendiri “terkunci” sendirian di kotak penalti.
Perubahan baru terjadi saat Atep dan Airlangga masuk menggantikan Mbida Messi dan Kenji Adacihara. Ini membuat Persib bermain 4-4-2 dengan Airlangga dan Dzumafo sebagai ujung tombak. Saat itulah Persib kembali bermain “normal”. Jarak antar pemain lebih rapat. Pertukaran posisi antar Dzumafo dan Atep sebagaimana sering muncul di 2 laga sebelumnya kembali muncul.
Perbedaannya adalah: Firman bermain lebih ke dalam. Dia tidak terlalu banyak mengeksplorasi attacking-third. Firman merusak pertahanan Persidafon melalui through-pass panjang, terutama ke arah Ridwan di sisi kanan. Bandingkan formasi Persib di awal laga seperti tergambarkan di atas dan formasi di babak II seperti terlihat di bawah ini:
”]
KESIMPULAN
- Jajang Nurjaman tampaknya menyiapkan 4-2-3-1 sebagai formasi dasar. Jika pun menurunkan 2 pemain dengan posisi natural sebagai striker, kecenderungannya salah satu dari 2 striker itu akan dimainkan sebagai deep-forward [terutama melalui sosok Herman Dzumafo]. Persib mudah saja berganti formasi dari 4-2-3-1 menjad 4-4-2 atau 4-4-1-1.
- Skema dasar menempatkan 1 ujung tombak itu sejauh ini berhasil membuat pola penyerangan Persib menjadi variatif. Indikasinya bisa dilihat dari raihan gol Persib. Dari 8 gol yang dibuat Persib, 4 di antaranya dicetak oleh striker [Kenji 2 gol, Airlangga 1 gol, Dzumafo1 gol via penalti] dan 4 sisanya oleh bukan striker [Mbida 1 gol, Atep 1 gol, Firman 1 gol dan Naser 1 gol].
- Salah satu keunggulan bermain dengan pola dasar 1 striker adalah maksimalisasi serbuan dari lini kedua dengan memanfaatkan ruang yang dibuka oleh ujung tombak. Ini relatif juga terlihat pada Persib. Dalam 3 match yang sudah dijalani, selalu ada gol yang dicetak oleh pemain yang muncul dari lini kedua [gol Naser vs Gresik United, gol Atep vs Persepam, dan gol Firman vs Persidafon].
- Kinerja pertahanan Persib sejauh ini belum terlalu teruji. Duet Naser-Abanda tampaknya akan menjadi pilihan utama Persib. Tapi duet ini belum mengalami ujian yang cukup berarti. Sejauh ini, Persib belum pernah bertemu lawan dengan daya serang di atas rata-rata.
- Skema bertahan belum terlalu terlihat. Menarik menunggu apa yang akan dilakukan Jajang Nurjaman saat melakukan laga tandang dengan lawan yang lebih kuat ketimbang Gresik United, Persepam dan Persidafon.
Naha toncip teu disebut saeutik2 acan mang?
Geus jd popotongan ayeuna mah?
Ckckck..
Hahaha
hmm toncip terlewatkan sebagai eksekutor bola mati …. beda ari ka mantan mah meni teu disebut 🙁